ABSTRAKSI
Fenomena homoseksual masih
menjadi kontroversi di Indonesia. Banyak pihak yang menentang keberadaan kaum
ini. Oleh karena itu, bagi kaum homoseksual sendiri memiliki tuntutan untuk
memperjuangkan eksistensi di tengah orang-orang yang menentangnya. Banyak cara
positif yang dapat digunakan kaum homoseksual untuk menyikapi keadaan ini.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penyebab seseorang menjadi gay, fenomena kehidupan kaum gay dan coping stres kaum gay dalam kehidupan sehari-hari.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penyebab seseorang menjadi gay, fenomena kehidupan kaum gay dan coping stres kaum gay dalam kehidupan sehari-hari.
Teori
tentang homoseksual dan coping stres digunakan untuk mendukung penelitian ini.
Lima buah teori tentang homoseksual, lima buah teori tentang stres dan lima
buah teori berikutnya tentang coping stres. Penulis menggunakan lima buah teori
untuk masing-masing variabel agar dapat memperkuat keabsahannya.
Kriteria
responden yang digunakan adalah homoseksual pria aktif yang telah menerima
keadaan dirinya dengan baik dan memiliki ekspresi gay yang tergolong pasif
feminin seperti wanita. Berusia 21-25 tahun dan telah mengakui dirinya adalah
seorang gay minimal lima tahun.
Responden
pertama berusia 22 tahun. Saat ini bekerja sebagai sistem analis di sebuah
perusahaan di Jakarta. Berasal dari suku Batak, beragama Kristen Protestan dan
telah menjadi gay selama delapan tahun. Statusnya saat ini sedang menjalin
hubungan dengan kekasihnya. Responden ke dua berusia 23 tahun. Berasal dari
suku Manado, beragama Islam dan telah menjadi gay selama sembilan tahun.
Statusnya saat ini tidak sedang menjalin hubungan. Responden ke tiga berusia 22
tahun. Saat ini bekerja di sebuah media dan kuliah di salah satu perguruan
tinggi swasta di Jakarta. Berasal dari suku Sunda, beragama Islam dan telah
menjadi gay selama delapan tahun. Statusnya saat ini sedang menjalin hubungan
dengan kekasihnya.
Faktor penyebab responden menjadi gay antara lain faktor biologis, faktor sosiokultural dan faktor lingkungan. Fenomena kehidupan responden sebagai seorang gay antara lain mempertahankan eksistensi di lingkungan masyarakat, melakukan hubungan seks dengan kekasihnya dan mengikuti acara-acara yang berhubungan dengan kaum gay seperti “gay night”. Sedangkan strategi coping yang digunakan adalah emotion-focused coping. Ada kesamaan tetapi ada pula perbedaan dari tiap responden dalam menjawab pertanyaan. Hal ini disebabkan karena dalam penelitian kualitatif, individu atau organisasi disini tidak boleh diisolasi ke dalam variabel atau hipotesis, tetapi perlu dipandang sebagai bagian dari suatu keutuhan.
Kesimpulan dari penelitian ini memaparkan kemampuan para responden memanajemen stres dalam menghadapi lingkungan yang menolak keberadaannya. Selain itu diungkap juga penyebab responden menjadi gay dan jga fenomena yang terjadi dalam kehidupan percintaan kaum gay. Saran untuk para responden adalah agar ke tiga responden dapat menyadari berbagai konsekuensi yang akan terjadi dan mereka dapat mengantisipasi dengan baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar